DESA PETARANGAN

 

                           CURUG MINEM 



Curug Minem Banyumas merupakan sebuah objek wisata alam air terjun tersembunyi yang cocok untuk para petualang. Hal tersebut karena untuk menuju air terjun ini perlu perjuangan yang cukup panjang dan melelahkan. Wisatawan harus melewati jalan setapak di dalam hutan dengan medan yang tentu saja tidak mudah. Meskipun begitu, keindahan curug ini akan membayar lunas semua perjuangan pengunjung.

Curug Minem Banyumas yang memiliki keindahan dan pesonanya tersendiri. Air terjun dengan ketinggian sekitar 15 meter ini cukup unik karena mengalir pada batuan dinding besar. Saat musim hujan, debit alirannya akan deras, sedangkan saat musim kemarau alirannya akan mengecil. Uniknya, saat debit airnya kecil maka alirannya akan membentuk huruf Y.

Warna air dari curug ini akan sangat jernih saat musim kemarau atau saat cuaca cerah. Begitu pun dengan warna air pada kolam alami yang berada tepat di bawahnya. Kolam ini akan memancarkan warna hijau kebiruan yang cantik memanjakan mata. Airnya pun begitu segar karena berasal dari mata air pegunungan.

Sobat Djava bisa berenang di kolamnya atau hanya sekadar bermain air, tetapi harus dengan kehati-hatian, ya! Selain di kolamnya, wisatawan biasanya melakukan ciblon atau renang di aliran sungainya. Mereka yang tak takut dengan adrenalin bahkan berani melakukan cliff jumping dari atas jembatan. Curug Minem Banyumas juga memiliki panorama alam yang indah sehingga cocok menjadi latar belakang untuk berswafoto.


                         TELUR GURAMEH 



Banyumas adalah salah satu kabupaten sentra produksi ikan tawar dengan jenis ikan yang diproduksi di Kabupaten Banyumas pada tahun 2019 hingga tahun 2021 didominasi oleh komoditas ikan Gurami, Lele, dan Nila. Komoditas tersebut sesuai dengan kondisi geografis di Kabupaten Banyumas yang mempunyai sumber air yang melimpah dan sangat cocok untuk menanam tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pakan ikan gurami. Produksi ikan gurami di Banyumas pada tahun 2020 adalah sebesar 31% dari total produksi Provinsi Jawa Tengah.

Permasalahan yang sering dihadapi oleh pembudidaya ikan adalah serangan hama dan penyakit ikan. Hal tersebut berpotensi untuk menyebabkan kerugian bagi pembudidaya. Faktor yang mempengaruhi kesehatan ikan yaitu lingkungan, ikan dan penyakit. Kesehatan ikan dapat terganggu jika terjadi perubahan lingkungan yang ekstrim, kualitas air yang buruk,  kondisi ikan yang lemah serta adanya penyakit di media budidaya yang digunakan. Penyakit yang umumnya tersebar di perairan dapat berupa penyakit infeksius dan non-infeksius. Penyakit infeksius biasanya disebabkan oleh bakteri, jamur, dan virus. Penyakit non-infeksius dapat disebabkan oleh pakan yang tidak tepat dan kandungan bahan cemaran di perairan. Sehingga untuk mencegah adanya penyakit perlu menerapkan manajemen kualitas air yang baik.

Pembudidaya dalam melakukan pemeliharaan harus memperhatikan 3 prinsip yaitu : biosecurity atau keamanan dalam biologi, food savety atau keamanan pangan, dan environmental friendly atau ramah lingkungan. Dalam hal ini pembahasan utama akan mengarah ke kegiatan biosecurity yang utamanya berpengaruh terhadap penngendalian hama dan penyakit ikan. Biosecurity adalah upaya pengamanan media pembawa dari kontaminasi organisme pathogen dari luar dan mencegah berkembangnya organisme pathogen ke lingkungan Unit Usaha Pembudidayaan Ikan serta mencegah terjadinya penyebaran penyakit ataupun kontaminasi dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Sehingga dengan diterapkannya biosecurity akan memberikan beberapa manfaat pada kegiatan budidaya ikan antara lain :

Meminimalisir risiko serangan penyakit terhadap komoditas ikan budidaya.
Produktivitas budidaya semakin meningkat.
Mengurangi potensi masuknya hama yang memangsa ikan.
Mengurangi terjadinya penyebaran penyakit dari suatu tempat ke tempat lain.
Meningkatkan kualitas hasil produksi.

Penerapan biosecurity yang dapat dilakukan oleh pembudidaya antara lain :

Menggunakan ikan yang bebas penyakit.
Menggunakan obat-obatan yang ramah lingkungan dan obat yang telah terdaftar

di KKP.

Mencuci peralatan setelah digunakan.
Memberikan pakan yang berkualitas.
Membuat pagar di sekeliling area budidaya.
Membuat kolam filter untuk menyaring air sebelum masuk ke kolam budidaya.
Memasang jaring di saluran inlet.
Membuat kolam karantina ikan untuk menampung ikan baru ataupun ikan sakit.
Memiliki data riwayat penyakit yang pernah dialami ketika proses budidaya.
Mengubur ikan yang mati dan tidak membuang secara sembarangan

 Gambar 1.1 .Kolam Pembudidaya Ikan Gurami Dwi Jaya

Salah satu pembudidaya ikan gurame di Kabupaten Banyumas yaitu Bapak Sudiono dari UPR Dwi Jaya yang beralamat di Desa Petarangan, Kecamatan Kemranjen telah menerapkan biosecurity di kolam budidayanya dengan melakukan pemasangan jaring di sekeliling kolam budidaya, penggunaan kolam filter dan kolam limbah, penggunaan sistem perkolaman paralel, pencucian alat setelah digunakan, penggunaan obat yang terdaftar di KKP, penguburan ikan jika ada yang mati, pendataan riwayat penyakit dan pengukuran kualitas air.

Gambar 1.2. Pencucian alat setelah digunakan


  Gambar 1.3. Pemasangan jaring di sekeliling     kolam

             Gambar 1.4. bentuk kolam paralel


                     Gambar 1.5. Kolam filter

Bapak Sudiono menjelaskan bahwa biosecurity yang diterapkan memiliki beberapa manfaat yang cukup penting untuk keberlangsungan usaha budidaya yang sedang dijalankannya antara lain berkurangnya hama yang masuk ke area budidaya, berkurangnya potensi penyebaran penyakit dari satu kolam ke kolam lain, kualitas indukan tetap terjaga sehingga hasil produksi dapat dipertahankan, hal ini disebabkan karena indukan yang aman dari serangan penyakit. Selain menerapkan biosecurity di kolam budidayanya, dokumen administrasi milik UPR Dwi Jaya ini juga cukup lengkap yaitu dokumen pendataan hasil pemanenan telur ikan gurame, pengukuran kualitas air (pH dan Suhu), riwayat kegiatan dan riwayat penyakit, serta data hasil penjualan. Hasil produksi telur ikan gurame di UPR Dwi Jaya dari bulan Januari – Maret 2023 dapat mencapai 190.000 telur dengan tujuan pengiriman ke berbagai wilayah baik lokal Kabupaten Banyumas maupun ke luar daerah seperti Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara, Magelang hingga Bogor.

Salah satu pembudidaya ikan gurame di Kabupaten Banyumas yaitu Bapak Sudiono dari UPR Dwi Jaya yang beralamat di Desa Petarangan, Kecamatan Kemranjen telah menerapkan biosecurity di kolam budidayanya dengan melakukan pemasangan jaring di sekeliling kolam budidaya, penggunaan kolam filter dan kolam limbah, penggunaan sistem perkolaman paralel, pencucian alat setelah digunakan, penggunaan obat yang terdaftar di KKP, penguburan ikan jika ada yang mati, pendataan riwayat penyakit dan pengukuran kualitas air. Bapak Sudiono menjelaskan bahwa biosecurity yang diterapkan memiliki beberapa manfaat yang cukup penting untuk keberlangsungan usaha budidaya yang sedang dijalankannya antara lain berkurangnya hama yang masuk ke area budidaya, berkurangnya potensi penyebaran penyakit dari satu kolam ke kolam lain, kualitas indukan tetap terjaga sehingga hasil produksi dapat dipertahankan, hal ini disebabkan karena indukan yang aman dari serangan penyakit. Selain menerapkan biosecurity di kolam budidayanya, dokumen administrasi milik UPR Dwi Jaya ini juga cukup lengkap yaitu dokumen pendataan hasil pemanenan telur ikan gurame, pengukuran kualitas air (pH dan Suhu), riwayat kegiatan dan riwayat penyakit, serta data hasil penjualan. Hasil produksi telur ikan gurame di UPR Dwi Jaya dari bulan Januari – Maret 2023 dapat mencapai 190.000 telur dengan tujuan pengiriman ke berbagai wilayah baik lokal Kabupaten Banyumas maupun ke luar daerah seperti Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara, Magelang hingga Bogor.

 

 


Komentar